Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KONSUMSI

Pengertian dan Tujuan Konsumsi
Dalam kegiatan tertentu Anda sering mendengar istilah konsumsi, di mana tugas dari konsumsi adalah menyediakan makan dan minum. Dari contoh di atas berarti konsumsi adalah kegiatan makan dan minum. “Apakah konsumsi hanya berhubungan dengan makan dan minum saja?”. Konsumsi mempunyai pengertian kegiatan mengurangi atau menghabiskan nilai guna/manfaat suatu barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan secara langsung. Dari pengertian tersebut tentu Anda akan menjawab pertanyaan berikut ini. “Apakah menonton televisi termasuk kegiatan konsumsi?”.

Agar mudah membedakan apakah suatu kegiatan merupakan kegiatan konsumsi atau bukan, maka Anda harus memahami ciri-ciri barang untuk konsumsi sebagai berikut:
1. barang yang digunakan dalam kegiatan konsumsi merupakan barang konsumsi.
2. ditujukan langsung untuk memenuhi kebutuhan.
3. barang yang dipergunakan akan habis atau berkurang.

Sebelum membaca uraian berikutnya, Anda pilih dari tiga kegiatan berikut mana yang termasuk kegiatan konsumsi:
1. Tono mengangkut pasir dari sungai ke material.
2. Badu menonton film di bioskop.
3. Pak Toni menggunakan pupuk urea pada kebun singkongnya.
Jawaban yang benar adalah no. 2.

Setelah Anda dapat menentukan jawaban soal di atas, selanjutnya kita akan membahas tujuan dari kegiatan konsumsi. Ada empat tujuan kegiatan konsumsi:
1. mengurangi nilai guna barang atau jasa secara bertahap.
2. menghabiskan nilai guna barang sekaligus.
3. memuaskan kebutuhan secara fisik.
4. memuaskan kebutuhan rohani.

Agar pengertian Anda akan tujuan konsumsi makin tertanam, perhatikan kembali soal di atas. Apakah jawaban no. 2 tersebut menurut Anda termasuk tujuan konsumsi?

Guna dan Nilai Barang/Jasa
Cobalah Anda ingat kembali pengertian dari konsumsi sebagaimana yang telah diuraikan di atas. Dari pengertian itu tampaklah bahwa setiap barang dan jasa yang dikonsumsi memiliki nilai/kegunaan. Misalkan Anda mengkonsumsi nasi, maka nasi bagi Anda memiliki nilai/kegunaan. “Apakah yang dimaksud nilai/kegunaan?” Nilai atau kegunaan adalah kemampuan suatu benda atau jasa untuk digunakan sebagai alat pemuas kebutuhan.
Berikut ini adalah beberapa macam kegunaan yang meliputi:
1. Kegunaan unsur (element utility), artinya suatu benda memiliki kegunaan dilihat dari unsur benda tersebut. Contoh: terigu yang dipergunakan untuk membuat kue.
2. Kegunaan tempat (place utility), artinya benda itu memiliki kegunaan setelah dipindahkan tempatnya. Contoh: Pasir yang dipindahkan dari sungai ke toko bangunan.
3. Kegunaan waktu (time utility), artinya benda itu memiliki kegunaan apabila dipakai sesuai waktunya. Contoh: Payung digunakan pada saat hujan.
4. Kegunaan bentuk (form utility), artinya benda itu memiliki kegunaan setelah dirubah bentuknya. Contoh: Kayu gelondongan dirubah menjadi meja.
5. Kegunaan kepemilikan (ownership utility), artinya benda itu berguna jika telah dimiliki. Contoh: Mesin jahit yang dibeli dari toko mesin jahit.
6. Kegunaan pelayanan (service utility), artinya pelayanan atau service itu berguna jika diberikan. Contoh: Dokter mengobati pasiennya.

Selanjutnya nilai barang dan jasa dapat dibedakan menjadi dua macam nilai:
1.Nilai pakai
Jika Anda menulis di buku pakai pensil, dikatakan pensil yang digunakan memiliki nilai pakai. Jadi apakah yang dimaksud dengan nilai pakai itu? Nilai pakai adalah kemampuan suatu barang dan jasa untuk digunakan oleh konsumen. Nilai pakai terbagi atas nilai pakai subjektif, yaitu nilai barang atau jasa yang ditinjau dari penggunaan barang atau jasa. Nilai pakai objektif adalah nilai barang atau jasa yang ditinjau dari barang atau jasa tersebut. Coba Anda perhatikan contoh berikut. Cangkul bagi petani memiliki nilai pakai subjektif dan bagi bangsa Indonesia mempunyai nilai pakai objektif.
2.Nilai tukar
Apakah yang dimaksud dengan nilai tukar? Nilai tukar adalah kemampuan suatu barang untuk ditukar dengan barang lain. Nilai tukar terbagi atas nilai tukar objektif, artinya nilai tukar barang berdasarkan barangnya. Nilai tukar subjektif, artinya nilai tukar barang berdasarkan orang yang menukarkannya. Contoh: Orang yang hobi dengan lukisan akan mempunyai penilaian yang berbeda dengan orang yang tidak suka lukisan.

Teori Nilai Tukar Objektif
Nilai tukar objektif menurut beberapa pandangan teori nilai dinyatakan sebagai berikut.
1. Teori Nilai Biaya (Adam Smith)
Teori ini menekankan besarnya nilai suatu benda ditentukan oleh jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang/jasa tersebut.
2. Teori Nilai Biaya Produksi Tenaga Kerja (David Ricardo)
Teori ini lebih menekankan bahwa besarnya nilai suatu barang sangat ditentukan oleh besarnya upah tenaga kerja untuk memproduksi barang tersebut.
3. Teori Nilai Tenaga Kerja Masyarakat (Karl Marx)
Menurut teori ini nilai suatu barang ditentukan oleh besarnya biaya rata-rata upah tenaga kerja masyarakat.
4. Teori Nilai Biaya Reproduksi (Carey)
Menurut teori ini nilai suatu barang berdasarkan biaya yang dikeluarkan bila barang tersebut diproduksi kembali.
5. Teori Nilai Pasar (Humme dan Lock)
Berdasarkan teori ini besar kecilnya nilai suatu barang sangat dipengaruhi oleh terbentuknya harga pasar.

Teori Perilaku Konsumen
a. Hukum Gossen I
Sebelum membahas lebih lanjut teori perilaku konsumen, coba Anda perhatikan orang yang sedang kehausan dan disediakan 5 gelas air. Apa yang dilakukan orang tersebut dengan 5 gelas air tersebut? Tentunya orang tersebut akan terus menerus meminumnya hingga dia merasa mendapatkan suatu kepuasan yang tinggi.

Menurut Anda apakah seseorang yang kehausan akan meminum semua gelas? Jawaban Anda pasti tidak. Dengan demikian nilai kepuasan gelas pertama dengan gelas yang berikutnya memiliki nilai kepuasan yang berbeda. Hal ini oleh Hermann Henrich Gossen diungkapkan dalam Hukum Gossen I yang menyatakan “Jika pemenuhan suatu kebutuhan dilakukan secara terus menerus, maka kenikmatan atas pemenuhan itu semakin lama akan semakin berkurang hingga akhirnya dicapai titik kepuasan”.
Hukum Gossen I berlaku dengan syarat:
• benda yang dikonsumsi satu macam dan sejenis.
• pemenuhan berlangsung secara terus menerus, tanpa tenggang waktu.
Hukum Gossen I tidak berlaku apabila:
• benda yang dikonsumsi berbeda macam dan jenisnya.
• terdapat jarak waktu antara pemenuhan pertama dengan kedua dengan orang yang berbeda-beda.
• tidak berlaku untuk benda-benda yang termasuk narkoba.

b. Hukum Gossen II
Dalam pemenuhan kebutuhan tentunya tidak semua orang hanya memenuhi satu kebutuhan saja. Misalkan Anda mempunyai uang sebesar Rp. 10.000,00. Apakah uang Anda akan dibelikan makanan seluruhnya? Tentunya Anda tidak akan menghabiskan uang Anda seluruhnya untuk membeli makanan. Sebagai seorang pelajar Anda akan menggunakan uang tersebut untuk kebutuhan lainnya seperti membeli buku tulis, buku bacaan, alat tulis. Hal ini menunjukkan bahwa jika orang melakukan pemenuhan kebutuhan maka akan memperhatikan berbagai macam kebutuhan lainnya, dan berusaha mencapai kepuasan yang mendekati sama dari berbagai macam pemenuhan kebutuhan tersebut. Kecenderungan pemenuhan kebutuhan tersebut dituangkan dalam Hukum Gossen II yang menyatakan “Pada dasarnya manusia cenderung memenuhi berbagai macam kebutuhan sampai pada tingkat intensitas (tingkat kepuasan) yang sama”.

Untuk lebih memahami Hukum Gossen II ini, kita uraikan contoh uang Rp. 10.000,00 di atas. Misalkan dari uang Rp. 10.000,00 Anda gunakan untuk makan Rp. 3.500,00 dengan nilai kepuasan 7, untuk buku tulis dan alat tulis Rp. 4.000,00 dengan nilai kepuasan 6, untuk naik kendaraan Rp. 1.000,00 dengan nilai kepuasan 6,5 untuk buku bacaan Rp. 1.500,00 dengan nilai kepuasan 7.
Dari contoh di atas, Anda telah mengalokasikan uang secara rasional dan wajar, hingga masing-masing kebutuhan dapat dipenuhi dengan nilai kepuasan yang mendekati sama yaitu antara 6 sampai dengan 7.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi
Agar dapat melakukan konsumsi seseorang harus mempunyai barang atau jasa untuk dikonsumsi yang dapat diperoleh dengan menggunakan alat tukar berupa uang. Banyaknya barang yang dikonsumsi tergantung banyaknya barang yang tersedia di masyarakat serta harga barang tersebut.
Oleh karena itu besarnya konsumsi seseorang akan dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut:
1. kemampuan masyarakat dalam menyediakan barang-barang konsumsi,
2. besarnya penghasilan, khususnya yang tersedia untuk dibelanjakan, dan
3. tingkat harga barang-barang
4. besarnya selera dan intensitas kebutuhan
5. banyaknya jumlah dan jenis barang substitusi